![]() |
Sumber Foto : Wikipedia |
Kepala suku itu, Pontas Lumbantobing, menjadi temannya dan mendukung misi itu. Bersama-sama dengan PH Johannsen dan A. Mohri, Nommensen bertahan dari oposisi para pendeta datu setempat. Penguasa gereja dan tata ibadah yang sama disusun pada tahun 1866. Pada tahun 1881 ia menyusun konstitusi untuk mengatur gerakan Kristen yang berkembang sebagai “gereja rakyat.” Pada tahun 1885 ia pindah ke utara, merintis di wilayah Danau Toba, dan beberapa tahun kemudian ia memperluas pekerjaan ke Batak Simelungun. Dia mengkonsolidasikan pekerjaan itu dengan mendirikan sekolah-sekolah lanjutan, rumah sakit, dan seminari teologis.
Nommensen dan istrinya kehilangan seorang anak di Indonesia pada tahun 1868 dan yang kedua empat tahun kemudian. Pada 1887 istrinya meninggal di Jerman, meninggalkannya dengan empat anak. Dia menikah lagi pada tahun 1892. Pada tahun 1901 putranya, Christian, dibunuh di Sumatra. Pada tahun 1909, istri keduanya meninggal, dan seorang putra lain, Nathaniel, meninggal dalam Perang Dunia I.
Sering disebut sebagai Rasul Batak, Nommensen adalah misionaris terkemuka di antara orang Batak dari tahun 1864 hingga 1918 (54 tahun) dan merupakan moderator dari Misi Batak Rhenish dari tahun 1881. Dia dijadikan ksatria Ordo Kerajaan Belanda Orange Nassau pada tahun 1893 dan seorang perwira dari ordo ini pada tahun 1911. Ia menerima gelar doktor kehormatan gelar teologi dari Universitas Bonn pada tahun 1904.
Ketika ia meninggal, gereja Batak memiliki 34 pendeta, 788 pendeta guru, dan 180.000 anggota di lebih dari 500 gereja lokal. Tulisan-tulisannya yang diterbitkan meliputi terjemahan ke dalam bahasa Batak dari Katekismus Kecil Luther (1874), Perjanjian Baru (1878), Cerita Alkitab (1882), tiga buku kecil berjudul Berichte an seine Freunde (1882, 1883, 1886), dan sekitar empat puluh artikel pendek dan kontribusi untuk jurnal misi.
Sumber Artikel : Kutipan Dari Wikipedia dan Google
Tags:
New Artikel